Pagi ini Sabtu 5 Oktober 2013, kami bertemu rombongan Bangli yang di komandani pengurus SAMAS Bangli Wayan Wisnaya bersama Pak Saddam serta Pak Taek tepat didepan Pos KP3 Laut Gilimanuk, kemarin rombongan Bangli berangkat pagi dengan route Penelokan Kintamani - Singaraja - Gilimanuk via Pulaki, terakhir diketahui masuk Gilimanuk jam 9 malam, Pak Saddam (73) serta Pak Taek (63) memang rider gaek yang terbilang masih sangat mumpuni di bidang olahpedal, mereka bermalam di pos bus Lorena sementara rombonganku, karena kesibukan masing-masing sedari awal memang merencanakan keberangkatan malam, pagi tadi aku masih harus kerja dan pulang agak telat, Aplette juga paginya ngepos, sementara Neket Adhi pergi melaut dari kemaren, hingga jam 9 malam perjalanan baru bisa dimulai, jemput si partner sejati di Pemogan setelah itu baru bisa tancap menuju base KP3 Gilimanuk, untuk kesekian kalinya nitip armada dan numpang leyeh - leyeh nunggu waktu disini, gelar kardus di emperan kantor Kasat Humas, sebelah kantin yang tembus langsung ke penjualan tiket parkir pelabuhan, sepeda masih dibiarkan bergelantungan di pintu bagasi belakang, kita putuskan tiduran dulu besok pagi diberesin, mari nikmati istirahat malam yang indah ini bersama semilir angin yang menerbangkan debu dari halaman parkir, kadang angin membawa serta bau pesing dari kamar mandi sebelah, inilah sorga tidur bagi para petualang pedal.
Pak Taek, No 2 dari kanan, batal ikut karena KTP kelupaan,
padahal kita selalu luput dari proses pemeriksaan,
APEC membuat kita sedikit waspada juga,
apalagi memang ada atensi berbeda dari biasanya
penambahan konsentrasi petugas keamanan dengan melibatkan
pletonan personil TNI AD
di geladak ferry menuju Ketapang
Jam 8 pagi di hari kedua kita sudah tiba di Ketapang tanah Jawi, pelayaran 1 jam yang menyenangkan, lalu seperti biasanya lagi, numpang mandi di pojokan pintu keluar pelabuhan, setelah itu barulah XPDC dimulai, berikut paparannya semoga bisa bermanfaat buat rencana perjalananmu ketempat ini nantinya, selamat menikmati.....
Perjalanan menuju Blambangan
Pura Agung Blambangan terletak di desa Tembok Rejo kecamatan Muncar kabupaten Banyuwangi, didirikan 11 April 1975 dan diresmikan pada hari raya Kuningan tanggal 28 Juni 1980 diempon 12,966 KK / 65,976 jiwa, adalah pura terbesar dan lambang bangkit kembalinya Hindu di Jawa Timur.
Perjalanan pagi ini dimulai dari pelabuhan Ketapang, belok kiri menuju kota Banyuwangi lanjut ke jurusan Srono, namun rute yang kita lalui tidak sampai ke kota Srono, Srono memutar ke barat daya lalu belok ketimur dan ketemunya di traffic light selatan pura, jalur ini sangat mudah ditempuh bila menggunakan kendaraan bermotor, namun karena pagi itu lalinnya serasa agak bising dan berdebu, kita sepakati melalui jalur Bandara Blimbing Sari yang adem karena melewati perumahan penduduk, kebun & persawahan, begitu ambil kiri pada lampu merah setelah petunjuk menuju bandara, nyaris di setiap persimpangan kita harus banyak bertanya, dan semua orang pasti mengetahuinya serta memberi kita informasi, puluhan persimpangan serta proses bertanya inilah yang membuat perjalanan agak ngadat, 30 Km ditempuh dalam 3 jam, hehehe.... kalo di rata rata'in jadi 10KM/jam,,,,,jalan siput kali yach....???
bentangan persawahan di Tembok Rejo
Jam 11 siang kita sudah sampai di Pura Agung Blambangan, dan langsung diserbu tanpa ampun oleh pedagang sekitar pura, hal yang sama ketika aku tangkil 4 tahun yang lalu bersama rombongan desa adat Ungasan, mau gak mau semuanya harus dijatah, satu saja ada yang gak dapat jualan dia akan protes minta keadilan, yaaa... sudahlah dibayar saja toh haganya manusiawi, cuman ada positivenya juga, kasi pinjaman bokor serta nawari sendal, nunjuki tempat mandi pokoke diminta apasaja mau, termasuk ketika rekan kita nyuruh nyiapin sayur pecel pedas dengan telur dadar, semuanya disiapkan dalam tempo singkat, hangat, pedas, paaaas sebagai menu kelaparan....
Bicara soal fasilitas MCK, jangan tanya lagi, sudah standar rumah kost di Ungasan bross, walaupun masih dalam posisi jongkok namun kebersihannya terjaga, ada staff cleaning servicenya juga....cuman ada yang bingung, seorang rekan kita salah masuk kamar, mandinya di tolet perempuan, itu ketahuannya dari suara guyuran airnya, setelah keluar dan ditunjuki tulisannya orangnya ngakak enteng tanpa merasa bersalah.....
Berikut postingan gaya gaya mereka.....
dibawah ini yang paling ganteng.....
yang muslim tugasnya mengatur transaksi.....
Deal.....
Berikut team Holyride akan mencoba menelusuri sisi mistis kegelapan malam Alas Purwo, mencoba getar spiritual di situs Kawitan, bagaimana kisah lelaku spiritual mereka, lanjutkan membacanya...
Jam 1 siang,
kebayang nggak seperti apa panasnya Blambangan,
panas menyengat ke ubun-ubun, debu beterbangan aspal lengket di roda, kadang aku memilih keluar aspal menuju jalan tanah dipinggir guna menghindari hawa aspal, perjalanan harus dilanjutkan gak kebayang kalau nanti kemalaman masuk hutan maka semua rintangan harus diterjang termasuk cuaca yang sangat tidak bersahabat ini hingga akhirnya jam 3 sore team jelajah tiba di tapal batas kampung terakhir menuju kawasan Alas Purwo, aku memandang ke selatan ke arah hutan, hanya pohon jati, ini mah biasa kalau dijawa, terpikirkan juga akan hal yang mustahil kalau daerah dekat pantai akan memiliki hutan basah seperti Tahura M Suryo di Cangar Malang atau Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di lereng - lereng Semeru, Bromo hingga Lumajang, sedikit menghibur memang karena sebelumnya yang terbayang di kepala adalah Alas Purwo itu hutan terlebat dan paling angker di tanah jawa benar adanya, setidaknya itu cerita - cerita yang aku dapat dari browsing di internet, nyatanya hanya hutan biasa saja.
Jam 4 sore,
sesuai rencana rombongan memasuki gerbang
Taman Nasional Alas Purwo, ada cas masuk perkepala Rp. 2500, cukup murah jika dibandingkan lamanya membesarkan kayu - kayu ini, dan diluar dugaan..... disebelahnya ada kantin,
ya ampuuuun......kapooooook
Langit memerah disela dedaunan hutan, disambut sekawanan monyet, kamipun melangkahkan kaki menuju balai panggung di halaman pura, satu minibus rombongan umat Hindu entah dari mana telah menghakhiri persembahyangannya, dan pergi meninggalkan halaman pura.
Sepeda - sepeda disandarkan di pilar dan di pondasi, tersedia satu balai balai kayu buat tidur nanti, ada 1 kursi panjang, 2 meja panjang satunya dipakai Mas Yanto, juru sapu yang sekaligus menjual kopi, minuman, roti serta mie seduh bagi para pemedek.....
ciiiiiiiiiiiaaaaatz....!!!
tau begini ngapain juga kita berat-berat
bawa logistik dari jauh.....???
Diluar area pura utama ini, kearah timur sejauh 200 meter adalah lokasi situs Kawitan itu, batu situs itu dulu diketemukan masyarakat ketika hendak membuka lokasi bercocok tanam, dan banyak masyarakat yang membawa batu-batu itu pulang buat dijadikan tungku dapur, selang beberapa lama terjadiah wabah penyakit, berdasarkan wangsit yang diterima batu-batu tadi akhirnya dikembalikan lagi ke posisi asalnya, oleh masyarakat tempat tersebut ditata & dilestarikan hingga kini dan banyak orang utamanya aliran kejawen menyambangi tempat itu buat memohon berkah bahkan pesugihan, malam ini setelah Romo Warsito memandu persembahyangan kami di Pura Giri Salaka, kamipun di tawari untuk mencoba semedi ke situs tersebut dan kami semua setuju, namun bukan buat memohon pesugihan, kami semua sudah merasa hidup layak heheheee..... barangkali hanya untuk merasakan getar spiritualnya saja, atau siapa tau bisa terkoneksi dengan Menak Jinggo.....heheheee
Romo mengadakan Persiapan
setelah itu kami diminta duduk tenang memusatkan
fikiran mengucapkan Gayatri Mantram atau Om Nama Ciwaya secara terus menerus......dan akupun mengikuti instruksi Romo dengan memilih ucapan "Om Nama Ciwaya" dan kuucapkan terus menerus, mulanya pelan bahkan seperti orang lagi menghafal saja, hingga lama kelamaan ucapan itu kian cepat dan akhirnya seakan tidak terkontrol lagi semakin cepat dan semakin tambah cepat bahkan pikiranpun sudah tidak mampu lagi mengendalikan ucapan itu karna mengalir dengan sendirinya hingga akhirnya aku mendengarkan suara genta dikejauhan sana, semakin nyaring dan semakin dekat seperti diatas kepala, setelah itu hutan berubah jadi terang benderang,
namun tiba-tiba kami semua dibangunkan Romo melalui
ketukan tiga kali di tanah........
The End
Bapak ini sngt kreatif, salut!!!
BalasHapusJelas, lugas dan sangat bersahaja....sayang saya tidak bisa bergabung, semoga Pak Tut dan semua crew mendapatkan berkah pahala yg setimpal dengan perjalanan spiritualnya...astungkara
BalasHapussayang saya ga ke alas purwo hehehe....sepertinya nuansa-nya berbeda ya
BalasHapusPura situs kawitan memang angker,baru 3 hari yg lalu saya tangkil kesana,..baru duduk saja di pelataran pura sudah membuat bulu kuduk berdiri,..badan merasa merinding
BalasHapusPura situs kawitan memang angker,baru 3 hari yg lalu saya tangkil kesana,..baru duduk saja di pelataran pura sudah membuat bulu kuduk berdiri,..badan merasa merinding
BalasHapusPura situs kawitan memang angker,baru 3 hari yg lalu saya tangkil kesana,..baru duduk saja di pelataran pura sudah membuat bulu kuduk berdiri,..badan merasa merinding
BalasHapus