Minggu, 03 Maret 2013

Bromo via Penanjakan, tanjakan super dahsyat

Tosari, kota kecamatan di atas awan dengan kekhasan laki laki suku Tenggernya menggeber motor dengan snalpot ngebronk namun tetap membalutkan kain sarong di lehernya, gadis gadis Tengger dengan pipi merahnya, petani petani tua yang sulit dibedakan penampakan jenis kelaminnya karena berpenampilan sama menggendong seikat besar kayubakar berjalan di aspal makadam tanpa sendal dan terlihat kaki kakinya kokoh, mereka semua ramah ramah & menyapa duluan " saking pundi Pak.....?" kujawab  " kulo Bali Pak,  matur suun" ....hehehe aku jadi hafal kalo di Bali kata kata mujizatnya "please" disini " matur suun" pokoknya kalo liwat orang entah itu orang lagi ngumpul atau nyabit rumput ucapkanlah kata kata itu, jamin ampuh.

Hari ini sepanjang jalur dari Nongkojajar hingga kecamatan paling tinggi di jatim ini masyarakat lagi memilih bupati baru mereka,  disetiap TPS disediakan seakit sound system dengan musik dangdutannya Reni & Didi Kempot, walaupun beberapa petani tetap eksis menggarap kebun sayurnya namun disetiap TPS nampak masih dipadati warga yang duduk duduk mendengarkan music dangdut itu, perangkat  soundnya yang bopal dipaksa dikencengin hingga terdengar pecah gak karu karuan, seperti juga banyak kutemui ditempat tempat lain, mungkin itu acara pernikahan, syukuran atau sunatan pokok-e apalah selalu dimeriahkan suara music kenceng dengan speaker box yang ditumpuk tinggi dipinggir jalan, habis berapa yaa biaya sewanya.....?

Bertani di lereng terjal dengan kemiringan hingga 45 derajat, komoditas utama disini adalah sayuran, aku heran bagaimana mereka bekerja di kemiringan seperti itu, sempat kuamati dan itu posisi yang sulit kalau tidak punya keseimbangan badan yang bagus serta cengkraman kuku kuku kaki yang kuat di tanah, dan tak ada ceritanya orang sini  masuk rumah sakit karena jatuh terperosok ke jurang atau jatuh dari atas pohon, wajar tiap upacara kesodo di Kawah Bromo dimana umat hindu Tengger melemparkan sebagian kekayaannya ke mulut kawah orang orang ini akan menjarahnya dengan berdiri di lereng kawah, salah sedikit tentu tergelincir masuk tungku Cambragohmuka, dan takkan kembali untuk selamanya.

Dari pasar Tosari ada petunjuk arah turun menuju Bromo, 500 mtr berikutnya pertigaan jurusan Pasuruan dan satunya lg menuju Penanjakan, di pos penjualan tiket aku sempat berhenti & seseorang memberiku nomer telepon kalo kalo nanti butuh bantuan transportasi (baca: evakuasi), mereka menawariku pickup tapi aku bilang ingin mencoba dulu tanjakannya, mereka bingung seperti gak yakin karena yang dia tahu orang orang Surabaya datang dengan 1 truk sepeda diangkut keatas turunnya baru dinaiki, yaa aku sampaikan, "saya kebalikannya, nanti sampai atas aku cari tumpangan buat ngantar turun, setelah atas nanti situ tak kontek" kilahku agar cepat mengakhiri negosiasinya, dan di gerbang tiket Penanjakan ini statusku "free of charges...!" 

 Nongko Jajar hingga Tosari
selanjutnya masuk gerbang Penanjakan 


 selanjutnya perjalanan turun menukik
dari level 2770 mdpl menuju 2300 mdpl  ke Ngadisar
melewati lautan pasir sepanjang 6 Km
seperti apakah tingkat kesulitannya...?
 Bagaimana mengayuh pedal di medan pasir 
 dan berdebu....?
tidakkah itu habis-habisin kampas rem....?
 ingat, kampas rem harganya 285.000,
 jadi, setelah dikalkulasi untung ruginya,
 diputuskan  seperti ini, 
yang ini habisnya cuman 100.000 saja, 
jadi masih untung 185,000
buat bayar penginapan, heheheeeee........ 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar