Minggu, 23 September 2012

Menuju titik akhir Pulau Komodo

    iii



8.30 pagi itu,  ku tinggalkan La Prima, 
berbekal sebuah nama kapal pembagian panitia,
" Tokek II " 
akupun ikut bersukacita menuju Labuhan Bajo 
buat melanjutkan petualangan  ke negeri Jurassic Intim itu, 
" mudah mudahan saja si tokek II itu kapal dengan model
 Bounty Cruise atau Quicksilver...."
doaku dalam hati.
Sesampai di dermaga, matakupun terbelalak

hingga hanya putihnya saja yang kelihatan,
 kapal yang kudapat hanyalah kapal kayu 
made in hand of  Manggarai people
dan dengan beribu keraguan nyampur di kemaluan,
eh.....ragu campur  malu kalo  batal ikut maksudnya..... 
akupun maksain diri tuk naik geladak kapal  itu, 
begitu kaki terinjakkan, kapal itupun bergoyang goyang, masyaalloh....... berfose gaya gayaan dulu,  nyengir kuda Sumbawa,
dan hasilnya,....ahhhh......., gambaran kepasrahan anak manusia,
payu be kal mati jani.....!!! 


 
  
tokek II broh....

dan berikut deretan pulau pulau yang indah

 dari Labuhan Bajo hingga Komodo

Pulau Besar
salah satu pulau berpenghuni di deretan
Kepulauan Rinca hingga Komodo

 



4 jam terombang - ambing di lautan
akhirnya sampai jua di dermaga Komodo
terima kasih tahap pertama kupanjatkan oh...Tuhan

atas lindunganMu aku selamat hingga Komodo,
tahap kedua  nanti setelah hamba selamat balik lagi 

hingga Labuhan Bajo.......



selamat datang di Pulau Komodo
a new seventh wonder .....!!!



tak lepas dari Pak Harto,
lalu diperjuangkan Pak Jusuf Kalla,
ingat waktu vote for Komodo.....???
pasti gak nyumbang SMS yaaaa......


 bersama Menteri Kehutanan
Bapak M Zulkifli Hasan SE,MM
P
Pak Menteri juga menjelaskan tentang seluk beluk Komodo
lalu dilanjutkan melihat bersama habitat Komodo

yuk kita lihat si komo......




si Komo, kereeeeen.....!!

suply air buat si Komo


sumber nutrisi

usai jalan jalan boleh beli souvenir...
ada juga kaos Komodo




team Samas Bali
left to right :
Yan Suwitra, Me, Ngurah Budita, Cakra, Pak De Darwi,
Gede Sugiarta, Pak Tut...., Yan Linud, Gung Ary




seeyou.....!!!

' Salam Hajar ' dari Bali Selatan


Selasa, 18 September 2012

Inilah kisah Jelajah itu......









Semalam tidurnya rada gelisah, 
 mata sulit dipejamkan, kalaupun sempat
 merem paling paling cuman 30 menit selanjutnya melek lagi, jungkir balik begitu-begitu saja,  akhirnya jam 4 pagi aku tarik kesimpulan untuk segera berpamitan pada 
Batara Hyang Guru Sasuhunan ring Kemulan,
 agar diberkahi keselamatan selama dalam perjalanan nantinya,
selesai sembah sujud  kubangunkan istriku 

lalu ngopi bareng 
jam 5 si kupluk pun  meluncur
 dengan bawaan  satu pinier  penuh amunisi tempur yang kugonceng di slangkangan motor depan menuju Nusa Dua, 
zero point tour de Bakom itu....
Dilokasi ternyata semua orang sudah pada sibuk preparation, beberapa diantaranya terlihat duduk duduk di restaurant menikmati breakfast sama kopi morningnya, 
langsung saja aku ikut nyerbu,
kok hambar yaaa.......


Jam 8-an bendera start-pun dikibaskan, 
ada Bapak Wabup Badung, Kepala Kesbanglinmas Badung, Dirut Pertamina, petinggi Kompas.....selanjutnya.... 67 penjelajah itu meninggalkan Nusa Dua menuju Senggigi Lombok.





Day 1 - 18 Sept 2012
Nusa Dua - Senggigi
 97,69 Km


8,47
kantor redaksi kompas Ketewel
10,47
Padang Bay
labuhan Lembar
17,40
siap siap menuju Senggigi
Hotel Jayakarta Senggigi







Day 2 - 19 Sept 2012
 Senggigi - Alas
 110 Km


Pagi ini start awal
 akan dilepas dari depan kantor gubernur oleh  gubernur NTB Bpk. H. Muhammad Zainul Majdi,
dari hotel Jayakarta masuk kota Mataram dalam hitungan setengah jam saja kita sudah sampai di depan alun-alun kota,

ternyata pak gubernur sudah menunggu di tribun, pagi-pagi begitu pak gubernur sudah bangun, 
beda dengan di Bali, yang menurut rencana awal akan dilepas gubernur, bupati, yang datang ternyata wakil bupati, mungkin pak gubernur lagi insomnia, jadi bangunnya kesiangan, banyak kasus sich..... tapi gak apalah, bagiku yang terpenting adalah bersepedanya,
 dalam kesempatan itu Kompas menyerahkan bantuan 1000 pohon penghijauan serta dari pihak Polygon menyumbang beberapa sepeda untuk sebuah yayasan pendidikan. 
Dalam sambutannya  Gubernur berpesan 
agar kegiatan jelajah sepeda ini senantiasa dipertahankan kesinambungannya, 
jadilah penjelajah besar seperti Marcopolo, 
yang berkeliling dunia sejak  usia 23 tahun selama 40 tahun.....kelamaan....jadi gak minat.

Walaupun dalam tema jelajah kali ini 

nama NTB tidak dicantumkan, namun gubernur berharap gaungnya akan mampu mendongkrak pariwisata NTB, mengingat lebih dari 80% jalur yang akan  dilalui peserta jelajah
 adalah wilayah teritorial NTB.



7,29
suasana jelang pelepasan oleh Gubernur NTB


14,41
Pelabuhan Kayangan
dari sini kita akan menyeberang menuju Pototano Sumbawa

penyeberangan yang durasinya tak lebih dari 2 jam ini tidak bakalan bikin bosan mengingat pemandangan beberapa gili cukup mempesona, rasa penasaran akan padang savana Sumbawapun sedikit demi sedikit mulai terkuak dari view diatas kapal yang khusus di carter pihak Kompas ini.


sebagaiamana penyeberangan Gilimanuk Bali
pelabuhan Kayangan ini juga didomisili sekumpulan manusia katak yang siap aksi jumping bila dilempari koin


deretan gili-gili kecil

 5,19
Pototano
untuk pertamakalinya

 kaki menginjak tanah Samawa....
wah....wah....waaaaah.......indahnya broh....
memang, begitu turun dari kapal, kita akan dibuat berdecak kagum, 

inilah alam baru yang belum pernah 
aku jumpai sebelumnya, 
bukit gundul menjulang dengan bebatuan kuning menyala laksana bongkahan marmer tanpa tempelan lumut sedikitpun, 
satu dua pohon nampak bagai bonsai, 
so real... so clear.... wonderful.....


hahaaaaa.......
kali pertama kulihat si kuda liar 


5,58
tiba di kota kecamatan Alas




Day 3 - 20 Sept 2012
 Alas - Sumbawa Besar
76 Km


jarak yang terbilang cukup pendek, 
namun jika Sumbawa Besar dilewati, maka satu-satunya tempat pemberhentian yang layak adalah kecamatan Plampang, soal jarak masih manusiawilah, masalahnya mungkin pada penginapannya, karena plampang hanya punya satu fasilitas homestay  dengan kapasitas 10 kamar tanpa warung makan yang memadai,
atau  mungkin karena Sumbawa Besar ini adalah kota terbesar di Sumbawa yang wajib dibedah isinya....?? ngga taulah, kita sii okeh okeh saja, palagi disini kamarnya cukup standar, ada AC serta air panas, beda dengan di Alas semalam kondisinya mirip rumah kos-kosan dengan ....maaf..... fasilitas WC jongkoknya, yach.....hanya itu yang terbaik....

there's no others choice....
namanya juga kota kecil

Ohiya.....mungkin di benak anda

 ada pertanyaan mengenai  fasilitas pendukung apa saja yang disediakan panitia buat ngmanja'in para rider.....?,  
 ini dia jawabannya...



 jadi ada team dokter, konsumsi, 
mekanik, luggage's car, patwal, serta team motorists yang akan melayani segala keperluan rider selama pedaling, misalnya mengambilkan air, memungguti barang-barang yang jatuh, sementara team kesehatan dengan mobil ambulance-nya  siap menangani keluhan kesehatan  anda, 
pokok'e......easy....very easy....
jadi kalo sudah benar benar kehilangan keperkasaan, yach tinggal evac ke ambulan, heheeee......

jelang keberangkatan dari Alas


Utan, 
 kota kecamatan,
 sebelum masuk Sumbawa Besar
awalnya niat tulus 
tanpa pamerih buat mbantuin si cewe, 
heeee.....giliran didorong si cewe malah ga  mancal sama sekali, wadoooooh....ketika si hero terlihat kewalahan si kawan  dengan sigapnya membantu, jadinya dorong tiga deh.....
heheeeeee



hari masih siang 
ketika peserta tiba di Sumbawa Besar
jadi setelah lunch rencana mau rebahan bentar, sore nanti ada rencana mengunjungi banjar suka-duka Hindu Bali terbesar di kota ini, yang sampai saat ini keanggotaannya sudah mencapai 3000-an umat, setelah itu baru acara kuliner, 
ada masakan special apa yaaa kira-kira.....???

 alun-alun Sumbawa Besar
muter-muter  cari makanan istimewa, 
adanya cuman sate kambing cap Madura kesimpulannya, pedagang serta masakan  jawa masih mendominasi, mulai dari nasi campur hingga bubur kacang ijo.
 

Sekarang mau nyari madu sumbawa 
atau susu kuda liar yang terkenal itu, 
tapi dimana yaaaa.....????







Day 4 - 21 Sept 2012
Sumbawa Besar - Pidang Torano
115 Km



introduction
Road Captain : Marta



perbaikan jalan di sepanjang trans Sumbawa

 istirahat pertama di desa Lopok Beru
tumben, padahal baru dapat 20 km,
si marshall dah borred kali...



Masuk Plampang
dari kecamatan Plampang sekitar 7 Km lagi 

kita akan memasuki kota kecamatan Empang,
 jika kita mau review tour Sumbawa, 
 bisa dijadikan catatan bahwa di 2 kota kecil ini sudah tersedia masing-masing satu penginapan, 
salah satunya Hotel Bala Kemar di Empang,
jadinya day 1 mungkin stay di sekitar Kayangan Lombok, day 2 di Sumbawa Besar, day 3 di Empang, day 4 bisa di Bima, khusus yang terakhir kalau aku sendiri mungkin milih 

Dompu menghabiskan 1 sampai 2 hari
 di Lakey Peak atau Huu beach.

Untuk tour jelajah Komodo ini, 
setelah Sumbawa Besar kita akan  menginap di desa Pidang, kecamatan  Tarano,  berjarak sekitar 5 Km dari Empang, daerah bertekstur pantai ini di siang hari adalah tempat berendam ataupun berjemur favorit bagi ratusan kerbau, ngga tau kenapa panitia memilih pantai berlumpur hitam ini padahal banyak tempat lain yang berpantai biru & jernih,  atau kenapa gak milih
 padang savana...?

Mengenai kenapa memilih tenda
disamping untuk menciptakan suasana yang berbeda sudah jelas juga dikarenakan  ketersediaan kamar yang tidak mencukupi di Empang, jadinya anggaplah opsi ini memang sengaja dipilih buat mbikin  suasana yang berbeda dari sebelumnya,
touring ala backpacker berjamaah,

  fasilitas tenda di dukung toilet mobil kebayang dech antreannya, belum lagi soal gimana caranya tidur dengan dipan kain selebar 60cm,  yang disangga rangkaian besi yang bisa dilipat-lipat,
arrrroooow....
bakalan kumat lagi neh rematik.......

 disebuah wantilan di desa Muer - Plampang
nunggu rekan yang lagi sholat Jumat

 
Mr. Linud from Inside cc

sepertinya rute dari Sumbawa Besar 
ke Empang inilah gambaran sisi utuh Sumbawa 
( View Savana ), karena jalur ini  masuk
ke daratan, kebayang dech kalo musim hujan disertai petir,
 apa berani yaa lewat sini.....???
sementra track lainnya baik dari Pototano hingga Sumbawa Besar begitupula arah  setelah Empang ke Bima hingga Sape didominasi view pantai berbukit bukit, namun kedua sisi itu sama-sama fantastik.....!!!



.




dan akhirnya sampailah kita di  Pidang
seperti inilah keadaannya








Day 5 - 22 Sept 2012
Pidang - Bima
140 Km


Jarak terjauh dalam 6 etape yang ada,
 tanjakan pertama dalam sejarah jelajah Komodo, dengan ketinggian tidak lebih dari 200mdpl, 
view disini mengarah ke untaian teluk teluk, 
dan semenanjung yang berliku liku disisi utara 
juga terlihat gunung Tambora yang menjulang gagah ditengah seakan berada di tengah lautan, wow.....!!! nanti akan 
kita daki puncak yang ketika meletus dulu panas yang tersembur sampai melubangi atmosfer dan mengubah iklim dunia. Tak ada musim panas pada 1816 di Eropa dan Amerika Utara — 
‘the year without summer’. 
Tambora turun ke dalam tanah beberapa ribu kaki,
 meninggalkan  kawah besar di puncaknya,
 waduh....malah  jadi teringat 
pak wamen ESDM yang eksentrik itu...

pada nunduk....anginnya kenceng
ini untuk membuat kondisi aerodinamis


disambut komunitas sepeda di kota Bima
Bima Bike Lovers


penyambutan meriah Pak Walikota
pengawalan kepolisian berlapis setingkat Kepala Negara,
 disambut ratusan lambaian tangan ibarat artis Bolygon, wah....wah....waaaah...... rupanya saya sudah ngetop niiii sekarang, 
ada buah kelapa muda, jagung & ubi rebus.....
huffffsss.....something yang tidak akan anda temui di event sekaliber tour de french sekalipun.

bersama walikota Bima
M. Qurais H. Abidin

penyematan pin oleh salah seorang anggota BBL

gemerlap kota Bima

c/i Marina





Day 6 - 22 Sept 2012
Bima - Sape
46 Km

setelah semalam diterima dengan penuh keakraban, pagi ini peserta jelajah akan di lepas kembali oleh pak walikota, ketika kita memasuki halaman gedung walikota ternyata pak wali sudah menunggu, begitupula komunitas BBL, mereka sudah pada ngumpul & akan ikut antar kita hingga Sape.



tanjakan Bukit Pengantin
yang sudah bisa dirasakan begitu melewati kota Dompu, dengan ketinggian mirip Sanghyang Ambu di Karangasem, inilah tanjakan tertinggi di sepanjang jalur trans Sumbawa ini,
kesimpulannya,
 tanjakannya tidak ada yang ekstreem 
cuman bersepeda disini tantangan terberatnya adalah menghadapi suhu yang ekstreem,  temperatur rata-rata antara 32 hingga 37 dc, team kesehatan menyarankan minum cairan oralit, ataupun pocari saat istirahat, selanjutnya di perjalanan baru minum air biasa, itu untuk mengganti kandungan natrium dalam otot yang terbakar akibat dehidrasi, sebagai cikal bakal terjadinya kram kaki.



kearifan lokal :
Uma Lengge desa Maria kecamatan Wawo, masuk wilayah kabupaten Bima, dikenal dengan tradisi Ampa Parenya, yaitu prosesi menaikkan padi ke Uma Lengge  yang tiada lain adalah rumah tradisional suku Bima itu sendiri, sempat juga dipertontonkan drama padi menangis, karena penggunaan padi yang melanggar ketentuan seperti boros pemakaian misalnya, sebelumnya ketika baru datang kita disambut dua penari keris, mereka mempertontonkan kelihaian berkelahi dalam tarian,
 terdorong naluri sebagai seorang seniman tari akupun turun arena ikut menari, tuh... lihat gayaku kalo nari....!!

Selesai disambut tarian, kitapun digiring memasuki kawasan Uma Lengge itu, di pintu gerbang Tetua Adat melafalkan semacam sumpah janji yang menyatakan bahwa kita sudah mengucap janji bilamana menjabat nanti tidak akan korupsi.....
Setuju pak tua, mari dukung KPK....!!!

Begitu pembacaan sumpah janji selesai, 
sang tetua itupun memotong benang yang sebelumnya dibentangkan melintas gerbang dengan menggunakan keris penari tadi, selanjutnya kita semua masuk kedalam, duduk-duduk di rumah - rumahan yang kalo dibali mirip bale bengong ataupun klumpu, disitu disediakan juga makanan hasil bumi seperti ubi rebus, jagung dan juga nasi khas, cuman nasi yang terlihat seperti jajan ketan itu aku tidak minat mencicipinya.
 
Sepeninggal dari Uma Lengge,
kita melanjutkan perjalanan menuju Sape,
 tinggal sekitar 20Km-an lagi, 
itupun sepenuhnya jalan menurun hingga pelabuhan, sempat tertahan akibat insiden kecil demo para sopir yang tidak terima karena kapal penyeberangan sudah di booking khusus oleh  Kompas, namun sejam kemudian antara nakhoda dengan sopir truk  terlihat sudah mufakat,



selanjutnya.....
penyeberangan 8 jam menuju labuhan Bajo,
 Manggarai Barat, Flores










/C/O/N/T/I/N/U/E/