Senin, 07 Oktober 2013

PURA AGUNG BLAMBANGAN, PURA GIRI SALAKA ALAS PURWO, HOLYRIDE

Pagi ini Sabtu 5 Oktober 2013, kami bertemu rombongan Bangli yang di komandani pengurus SAMAS Bangli Wayan Wisnaya bersama Pak Saddam serta Pak Taek tepat didepan Pos KP3 Laut Gilimanuk, kemarin rombongan Bangli berangkat pagi dengan route Penelokan Kintamani - Singaraja - Gilimanuk via Pulaki, terakhir diketahui masuk Gilimanuk jam 9 malam, Pak Saddam (73) serta Pak Taek (63) memang rider gaek yang terbilang masih sangat mumpuni di bidang olahpedal, mereka bermalam di pos bus Lorena sementara rombonganku, karena kesibukan masing-masing  sedari awal memang merencanakan keberangkatan malam, pagi tadi aku  masih harus kerja dan pulang agak telat, Aplette juga paginya ngepos, sementara Neket Adhi pergi melaut dari kemaren, hingga jam 9 malam perjalanan baru bisa dimulai, jemput si partner sejati di Pemogan setelah itu baru bisa tancap menuju  base KP3 Gilimanuk, untuk kesekian kalinya nitip armada dan numpang leyeh - leyeh  nunggu waktu disini, gelar kardus di emperan kantor Kasat Humas, sebelah kantin yang tembus langsung ke penjualan tiket parkir pelabuhan, sepeda masih dibiarkan bergelantungan di pintu bagasi belakang, kita putuskan tiduran dulu besok pagi diberesin, mari nikmati istirahat malam yang indah ini bersama semilir angin yang menerbangkan debu dari halaman parkir, kadang angin membawa serta  bau pesing dari kamar mandi sebelah, inilah sorga tidur bagi para petualang pedal.

 Pak Taek, No 2 dari kanan, batal ikut karena KTP kelupaan, 
padahal kita selalu luput dari proses pemeriksaan,
APEC membuat kita sedikit waspada juga, 
apalagi memang ada atensi berbeda dari biasanya
penambahan konsentrasi petugas keamanan dengan melibatkan
 pletonan personil TNI AD

 di geladak ferry menuju Ketapang

Jam 8 pagi di hari kedua  kita sudah tiba di Ketapang tanah Jawi, pelayaran 1 jam yang menyenangkan, lalu seperti biasanya lagi, numpang mandi di pojokan pintu keluar pelabuhan, setelah itu barulah XPDC dimulai, berikut paparannya semoga bisa bermanfaat buat rencana perjalananmu ketempat ini nantinya, selamat menikmati.....



 Perjalanan menuju Blambangan


Pura Agung Blambangan terletak di desa Tembok Rejo kecamatan Muncar kabupaten Banyuwangi, didirikan 11 April 1975 dan diresmikan pada hari raya Kuningan tanggal 28 Juni 1980 diempon 12,966 KK / 65,976 jiwa, adalah pura terbesar dan lambang bangkit kembalinya Hindu di Jawa Timur.

Perjalanan pagi ini dimulai dari pelabuhan Ketapang, belok kiri menuju kota Banyuwangi lanjut ke jurusan Srono, namun rute yang kita lalui tidak sampai ke kota  Srono, Srono memutar ke barat daya lalu belok ketimur dan ketemunya di traffic light selatan pura, jalur ini sangat mudah ditempuh bila menggunakan kendaraan bermotor, namun karena pagi itu lalinnya serasa agak bising dan berdebu, kita sepakati melalui jalur Bandara Blimbing Sari yang adem karena melewati  perumahan penduduk, kebun & persawahan, begitu ambil kiri pada lampu merah setelah petunjuk menuju bandara, nyaris di setiap persimpangan kita harus banyak bertanya, dan semua orang pasti mengetahuinya serta memberi kita informasi, puluhan persimpangan serta proses bertanya inilah  yang membuat perjalanan agak ngadat, 30 Km ditempuh dalam 3 jam, hehehe.... kalo di rata rata'in jadi 10KM/jam,,,,,jalan siput kali yach....???

bentangan persawahan di Tembok Rejo

Jam 11 siang kita sudah sampai di Pura Agung Blambangan, dan langsung diserbu tanpa ampun oleh pedagang sekitar pura, hal yang sama ketika aku tangkil 4 tahun yang lalu bersama rombongan desa adat Ungasan, mau gak mau semuanya harus dijatah, satu saja ada yang gak dapat jualan dia akan protes minta keadilan, yaaa... sudahlah  dibayar saja toh haganya manusiawi, cuman ada positivenya juga, kasi pinjaman bokor serta nawari sendal, nunjuki  tempat mandi pokoke diminta apasaja mau, termasuk ketika rekan kita nyuruh nyiapin sayur pecel pedas dengan telur dadar, semuanya disiapkan dalam tempo singkat, hangat, pedas, paaaas sebagai menu kelaparan....

Bicara soal fasilitas MCK, jangan tanya lagi, sudah standar rumah kost di Ungasan bross, walaupun masih dalam posisi jongkok namun kebersihannya terjaga, ada staff cleaning servicenya juga....cuman ada yang bingung, seorang rekan kita salah masuk kamar, mandinya di tolet perempuan, itu ketahuannya dari suara guyuran airnya, setelah keluar dan ditunjuki tulisannya orangnya ngakak enteng tanpa merasa bersalah.....

Berikut postingan gaya gaya mereka.....


dibawah ini yang paling ganteng..... 


yang muslim tugasnya mengatur transaksi.....

Deal.....


Berikut team Holyride akan mencoba menelusuri sisi mistis kegelapan malam  Alas Purwo, mencoba getar spiritual di situs Kawitan, bagaimana kisah lelaku spiritual mereka, lanjutkan membacanya...



Jam 1 siang, 
kebayang nggak seperti apa panasnya Blambangan, 
panas menyengat ke ubun-ubun, debu beterbangan aspal lengket di roda, kadang aku memilih keluar aspal menuju jalan tanah dipinggir guna menghindari hawa aspal, perjalanan harus dilanjutkan gak kebayang  kalau nanti kemalaman masuk hutan maka semua rintangan harus diterjang termasuk cuaca yang sangat tidak bersahabat ini hingga akhirnya jam 3 sore team jelajah tiba di tapal batas kampung terakhir menuju kawasan Alas Purwo, aku memandang ke selatan ke arah hutan, hanya pohon jati, ini mah biasa kalau dijawa, terpikirkan juga akan hal yang mustahil kalau daerah dekat pantai akan memiliki hutan basah seperti Tahura M Suryo di Cangar Malang atau Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di lereng - lereng Semeru, Bromo hingga Lumajang, sedikit menghibur memang karena sebelumnya yang terbayang di kepala adalah Alas Purwo itu hutan terlebat dan paling angker di tanah jawa benar adanya, setidaknya itu cerita - cerita yang aku dapat dari browsing di internet, nyatanya hanya hutan biasa saja.

Ini warung terakhir, itu juga yang dikatakan si ibu penjaga warung, serta merta aku instruksikan teman - teman buat membeli perlengkapan terutama air atau makanan instan lainnya, jangan sampai kita kelaparan ditengah hutan, pokoknya selagi masih
bisa masuk di tas dibawa saja, sampai - sampai team kerepotan soal urusan ketahanan pangan ini, sering berhenti dijalan karena aqua dan supermi berjatuhan, seperti yang Pak Yusron alami berapa kali harus menyempurnakan ikatan penier belakangnya karena sesekali mereng kekanan sesaat kemudian mereng kekiri mengikuti gerakan pantatnya untuk menjaga keseimbangan, yah....jalan ini sungguh - sungguh  sangat jelek, batu sungai dipecah jadi bongkahan sebesar tempurung kelapa, kemudian di tata sebagai proses pengerasan jalan, karena sebentar lagi rute ini akan diaspal jadi kondisinya mau gak mau berpengaruh terhadap kenyamanan riding kita namun disatu sisi banyak masyarakat disepanjang perjalanan yang jadi kuli pemecah batu, lapangan pekerjaan baru.



Jam 4 sore,
 sesuai rencana rombongan memasuki  gerbang 
Taman Nasional Alas Purwo, ada cas masuk perkepala Rp. 2500, cukup murah jika dibandingkan  lamanya membesarkan kayu - kayu ini, dan diluar dugaan..... disebelahnya ada kantin,
ya ampuuuun......kapooooook

Pura Giri Salaka Alas Purwa letaknya sekitar 500 meter dari ticketing area ini, Pemkab Jatim telah menghibahkan 8 hektar area hutan nasional ini kepada umat Hindu, menurut rencana disepanjang pos ini hingga pura akan dijadikan zona parkir dan fasilitas penunjang lainnya untuk antisifasi lonjakan kedatangan umat Hindu utamanya seminggu sebelum hingga 3 hari setelah hari raya Pagerwesi, puncak piodalan Ida Batara  jatuh di hari Pagerwesi.   
 


Langit memerah disela dedaunan hutan, disambut sekawanan monyet, kamipun melangkahkan kaki menuju balai  panggung di halaman pura, satu minibus rombongan umat Hindu entah dari mana telah menghakhiri persembahyangannya, dan pergi meninggalkan halaman pura.
Sepeda - sepeda  disandarkan di pilar dan di pondasi, tersedia  satu balai balai kayu buat tidur nanti, ada 1 kursi panjang, 2 meja panjang satunya dipakai Mas Yanto, juru sapu  yang sekaligus menjual kopi, minuman, roti serta mie seduh bagi para pemedek.....

ciiiiiiiiiiiaaaaatz....!!! 
tau begini ngapain juga kita berat-berat  
bawa logistik dari jauh.....???

Lalu, Jika aku coba diskripsikan bangunan fisik dari pura ini tidak kalah besarnya dengan Blambangan, di nista mandala ada dapur umum, tempat mandi umum yang cukup bersih juga, ada rumah mangku, rumah khusus pedanda,  di madya mandala ada bale panggung, agak ketimur disisi utara ada balai gong setelah itu baru masuk candi bentar pura menuju utama mandala, bangunan utama pura adalah Padmasana.
Diluar area  pura utama ini, kearah timur sejauh 200 meter adalah  lokasi situs Kawitan itu, batu situs itu dulu diketemukan masyarakat ketika hendak membuka lokasi bercocok tanam, dan banyak masyarakat yang membawa batu-batu itu pulang  buat dijadikan tungku dapur, selang beberapa lama terjadiah wabah penyakit, berdasarkan wangsit yang diterima batu-batu tadi akhirnya dikembalikan lagi ke posisi asalnya, oleh masyarakat tempat tersebut  ditata & dilestarikan hingga kini dan banyak orang utamanya aliran kejawen menyambangi tempat itu buat memohon berkah bahkan pesugihan, malam ini setelah Romo Warsito memandu persembahyangan kami di Pura Giri Salaka, kamipun di tawari untuk mencoba semedi ke situs tersebut dan kami semua setuju, namun bukan buat memohon pesugihan, kami semua sudah merasa hidup layak heheheee..... barangkali hanya untuk merasakan getar spiritualnya saja, atau siapa tau bisa terkoneksi dengan Menak Jinggo.....heheheee

Romo mengadakan Persiapan

setelah itu kami diminta duduk tenang memusatkan 
fikiran mengucapkan Gayatri Mantram atau Om Nama Ciwaya secara terus menerus......dan akupun mengikuti instruksi Romo dengan memilih ucapan "Om Nama Ciwaya" dan kuucapkan terus menerus,  mulanya pelan bahkan seperti orang lagi menghafal saja,  hingga lama kelamaan ucapan itu kian cepat dan akhirnya seakan tidak terkontrol lagi semakin cepat dan semakin tambah cepat bahkan pikiranpun sudah tidak mampu lagi mengendalikan ucapan itu karna mengalir dengan sendirinya hingga akhirnya aku mendengarkan suara genta dikejauhan sana, semakin nyaring dan semakin dekat seperti diatas kepala, setelah itu hutan berubah jadi terang benderang,
namun tiba-tiba kami semua  dibangunkan Romo melalui 
ketukan tiga kali di tanah........











The End